- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
"Jangan takut berkeluarga karena kawatir tidak bisa melakukan perjalanan
lagi, selalu ada jalan untuk bisa melakukan perjalanan bersama
keluarga"
Kutipan quote diatas memang tidak berlebihan. Keluarga bukanlah alasan untuk tidak melakukan aktivitas liburan. Malah bareng keluarga, liburan akan terasa lebih berkualitas, membekas.
Seperti tamu kami yang satu ini. Datang jauh jauh dari Samarinda, tidak membuat mereka "loyo" setibanya di Bandara Djalaludin di Gorontalo. Padahal menurut pengakuan pak Aziz, sebagai kepala keluarga, sebelum ke Gorontalo mereka terlebih dahulu mengeksplore Palu, ibukota Sulawesi Tengah hingga Luwuk, Kota yang dijuluki Kota Air. Semangat mereka jelas terpancar dari raut wajah pak Aziz dan istri, serta si kecil Afika.
Si kecil Afika, yang berumur kira kira 4 tahun itu terlihat girang setibanya di Bandara Djalaludin. Tak terbersit rasa capek sedikitpun dari wajahnya. "Selamat Datang di Gorontalo, Pak Aziz", demikian guide kami menyambut dengan hangat. "Bapak dan ibu bisa tunggu disini, saya ambil mobil diparkiran ya", lanjut sang guide mengarahkan tamu untuk menunggu. Sejurus kemudian mobil bertuliskan "Pesona Indonesia" itu mulai meninggalkan parkiran Bandara Djalaludin.
Sesuai itenerary, tujuan kami yang pertama menuju menara Keagungan di Limboto. Lokasi Menara Keagunganhanya berjarak 15km dari bandara. Sesampainya di halaman Mesjid Baiturrahman Limboto, yang masih satu kawasan dengan menara keagungan, si Afika langsung minta nyobain bentor. Oh iya, bentor merupakan kenderaan khas Gorontalo. Sekilas mirip becak namun ditarik menggunakan mesin sepeda motor.
Puas mengelilingi halaman mesjid Baiturrahman dengan latar belakang Menara Keagungan sambil naik bentor, kami langsung melanjutkan perjalanan ke pusat kota. Tepatnya menuju hotel Amaris sebagai peristrahatan sebelum ke Pulo Cinta keesokan harinya.
Day 2, Pulo Cinta I'm Coming
Jarum jam sudah menunjukan pukul 8 pagi, aktivitas masyarakat Kota Gorontalo mulai bergeliat. Pagi ini, kami bakal mengunjungi si Nemo di perairan Olele. Ada yang tau Nemo ga? 😁. Setelah sarapan pagi, mobil langsung meluncur menuju Taman Laut Olele yang terletak di kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango. Kawasan yang merupakan wilayah konservasi laut ini adalah salah satu spot wisata bawah laut unggulan Gorontalo. Terumbu karang yang masih terawat, biota laut yang masih lengkap menjadi daya tarik wisatawan.
Sesampainya di Olele, kapal katamaran kepunyaan bang Yayan sudah standby menunggu dipinggiran pantai. Langsung saja pak Aziz dan keluarga menaiki perahu yang berukuran 4x2m tersebut. Jarak spot snorkling dengan bibir pantai tidaklah jauh, hanya butuh waktu sekitar 7 menit untuk bisa sampai di spot snorkling. Itulah kelebihan Taman Laut Olele dibanding yang lainnya. Kurang lebih 1,5 jam mereka bersnorkling ria di Olele. Puas, itu lah yang keluar dari mulut mereka.
Setelah menyantap hidangan makan siang yang disiapkan oleh tim kami di Olele, perjalanan pun dilanjutkan menuju Pulo Cinta di kabupaten Boalemo. Butuh waktu sekitar 3,5 jam perjalanan menuju Pulo Cinta. Baru sekitar 45 menit perjalanan, keluarga kecil ini mulai tertidur pulas. Kayaknya tenaganya lumayan terkuras saat berada di Olele. Mobil pun melaju kencang menuju Pulo Cinta.
Rintik hujan menyambut kami saat berada di Tilamuta, ibukota kabupaten Boalemo. hanya berjarak tempuh 15 menit, kami akan tiba di dermaga penyebrangan Pulo Cinta. Untungnya saat tiba di dermaga hujan mulai berhenti. Perahu fiber berwarna kuning sudah menunggu tamu kami sedari tadi. Bang Aman, sang pemilik kemudi langsung menyalakan mesin perahunya untuk sesegera mengantarkan kami menuju Pulo Cinta.
Sepanjang perjalanan, pak Aziz dan keluarga terlihat menikmati perjalanannya. Sama sekali tidak terlihat mabuk laut atau perasaan takut. Begitupun dengan si kecil Afika yang terlihat excited dengan perjalananya kali ini. "Selamat Datang di Pulo Cinta", sapa karyawan yang menyambut di atas dermaga kayu. Dengan cekatan mereka langsung mengulurkan tangan untuk membantu menaiki tangga dermaga. Tidak lupa mereka juga membawakan barang tamu.
"Silahkan pak, ke villa nomer 11", begitu penjelasan dari si karyawan yang nampak berkulit hitam eksotis. Kami pun melangkahkan kaki menuju villa nomor 11. Setibanya di villa, sang karyawan langsung menjelaskan tentang peraturan di Pulo Cinta hingga nomor hotline yang bisa dihubungi jika sewaktu waktu diperlukan. Sungguh pelayanan yang sudah terstandar dengan baik.
Tidak berapa lama kemudian tim kami pun pamit untuk kembali ke darat. "Oke pak aziz, saya mohon pamit dulu. Besok siang saya jemput lagi di dermaga. Have fun". Dan kami pun kembali ke darat dengan menumpangi perahu yang tadi digunakan untuk mengantar pak Aziz ke Pulo Cinta.
Kutipan quote diatas memang tidak berlebihan. Keluarga bukanlah alasan untuk tidak melakukan aktivitas liburan. Malah bareng keluarga, liburan akan terasa lebih berkualitas, membekas.
Seperti tamu kami yang satu ini. Datang jauh jauh dari Samarinda, tidak membuat mereka "loyo" setibanya di Bandara Djalaludin di Gorontalo. Padahal menurut pengakuan pak Aziz, sebagai kepala keluarga, sebelum ke Gorontalo mereka terlebih dahulu mengeksplore Palu, ibukota Sulawesi Tengah hingga Luwuk, Kota yang dijuluki Kota Air. Semangat mereka jelas terpancar dari raut wajah pak Aziz dan istri, serta si kecil Afika.
Si kecil Afika, yang berumur kira kira 4 tahun itu terlihat girang setibanya di Bandara Djalaludin. Tak terbersit rasa capek sedikitpun dari wajahnya. "Selamat Datang di Gorontalo, Pak Aziz", demikian guide kami menyambut dengan hangat. "Bapak dan ibu bisa tunggu disini, saya ambil mobil diparkiran ya", lanjut sang guide mengarahkan tamu untuk menunggu. Sejurus kemudian mobil bertuliskan "Pesona Indonesia" itu mulai meninggalkan parkiran Bandara Djalaludin.
Sesuai itenerary, tujuan kami yang pertama menuju menara Keagungan di Limboto. Lokasi Menara Keagunganhanya berjarak 15km dari bandara. Sesampainya di halaman Mesjid Baiturrahman Limboto, yang masih satu kawasan dengan menara keagungan, si Afika langsung minta nyobain bentor. Oh iya, bentor merupakan kenderaan khas Gorontalo. Sekilas mirip becak namun ditarik menggunakan mesin sepeda motor.
Puas mengelilingi halaman mesjid Baiturrahman dengan latar belakang Menara Keagungan sambil naik bentor, kami langsung melanjutkan perjalanan ke pusat kota. Tepatnya menuju hotel Amaris sebagai peristrahatan sebelum ke Pulo Cinta keesokan harinya.
Day 2, Pulo Cinta I'm Coming
Jarum jam sudah menunjukan pukul 8 pagi, aktivitas masyarakat Kota Gorontalo mulai bergeliat. Pagi ini, kami bakal mengunjungi si Nemo di perairan Olele. Ada yang tau Nemo ga? 😁. Setelah sarapan pagi, mobil langsung meluncur menuju Taman Laut Olele yang terletak di kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango. Kawasan yang merupakan wilayah konservasi laut ini adalah salah satu spot wisata bawah laut unggulan Gorontalo. Terumbu karang yang masih terawat, biota laut yang masih lengkap menjadi daya tarik wisatawan.
Sesampainya di Olele, kapal katamaran kepunyaan bang Yayan sudah standby menunggu dipinggiran pantai. Langsung saja pak Aziz dan keluarga menaiki perahu yang berukuran 4x2m tersebut. Jarak spot snorkling dengan bibir pantai tidaklah jauh, hanya butuh waktu sekitar 7 menit untuk bisa sampai di spot snorkling. Itulah kelebihan Taman Laut Olele dibanding yang lainnya. Kurang lebih 1,5 jam mereka bersnorkling ria di Olele. Puas, itu lah yang keluar dari mulut mereka.
Setelah menyantap hidangan makan siang yang disiapkan oleh tim kami di Olele, perjalanan pun dilanjutkan menuju Pulo Cinta di kabupaten Boalemo. Butuh waktu sekitar 3,5 jam perjalanan menuju Pulo Cinta. Baru sekitar 45 menit perjalanan, keluarga kecil ini mulai tertidur pulas. Kayaknya tenaganya lumayan terkuras saat berada di Olele. Mobil pun melaju kencang menuju Pulo Cinta.
Rintik hujan menyambut kami saat berada di Tilamuta, ibukota kabupaten Boalemo. hanya berjarak tempuh 15 menit, kami akan tiba di dermaga penyebrangan Pulo Cinta. Untungnya saat tiba di dermaga hujan mulai berhenti. Perahu fiber berwarna kuning sudah menunggu tamu kami sedari tadi. Bang Aman, sang pemilik kemudi langsung menyalakan mesin perahunya untuk sesegera mengantarkan kami menuju Pulo Cinta.
Sepanjang perjalanan, pak Aziz dan keluarga terlihat menikmati perjalanannya. Sama sekali tidak terlihat mabuk laut atau perasaan takut. Begitupun dengan si kecil Afika yang terlihat excited dengan perjalananya kali ini. "Selamat Datang di Pulo Cinta", sapa karyawan yang menyambut di atas dermaga kayu. Dengan cekatan mereka langsung mengulurkan tangan untuk membantu menaiki tangga dermaga. Tidak lupa mereka juga membawakan barang tamu.
"Silahkan pak, ke villa nomer 11", begitu penjelasan dari si karyawan yang nampak berkulit hitam eksotis. Kami pun melangkahkan kaki menuju villa nomor 11. Setibanya di villa, sang karyawan langsung menjelaskan tentang peraturan di Pulo Cinta hingga nomor hotline yang bisa dihubungi jika sewaktu waktu diperlukan. Sungguh pelayanan yang sudah terstandar dengan baik.
Tidak berapa lama kemudian tim kami pun pamit untuk kembali ke darat. "Oke pak aziz, saya mohon pamit dulu. Besok siang saya jemput lagi di dermaga. Have fun". Dan kami pun kembali ke darat dengan menumpangi perahu yang tadi digunakan untuk mengantar pak Aziz ke Pulo Cinta.
Komentar
Posting Komentar